Pilihan gosipin film episode ini jatuh ke film The Lobster (2015), yang kedengeran dari judulnya aja langsung kebayang makanan seafood gitu. The Lobsters adalah film bikinannya Yorghos Lanthimos, yang bikin film The Killing of a Sacred Deer (2017). Doi asal Yunani yang punya gaya storytelling yang cenderung absurd, dark humour, thriller, dan hobi bikin audience ngerutin dahi plus memicingkan mata.
Dilihat dari judulnya enak, terdengar kayak menu makanan di tenda seafood pinggir jalan. (Emang ada lobster ya?) Udahlah anggap aja ada, kepiting sebut aja lobster. Hehe
Balik lagi ke soal film ini, filmnya nyeritain dimana kita hidup di dunia distopia (an imagined place or state in which everything is unpleasant or bad, typically a totalitarian or environmentally degraded one). Dalam dunia film ini ada dua tempat yang bisa lo pilih. Yang menguntungkan dua tim, Tim Couple dan Tim Jomblo.
Yang pertama tempat yang menguntungkan Tim Couple atau tim berpasangan atau tim pacaran. Tempat yang menguntungkan Tim Couple adalah di hotel dan di perkotaan. Untuk Tim Couple bisa hidup bebas dan dilepas ke perkotaan itu harus menjalani masa training di hotel selama 45 hari. Selama 45 hari itu Pembaca Setia harus bisa dapetin pasangan.
Konsekuensinya kalo gagal pacaran alias putus nanti dikutuk jadi hewan.
Ngeri banget, yak, sekaligus lucu. Kalo ini berlaku di Indonesia udah lah punah umat manusia dikutuk jadi hewan semua soalnya banyak jomblonya.
Oh, iya, ceritanya bakal berpusat di seorang pria paruh baya yang seperti baru bercerai dan baru menjomblo bernama David (Colin Farrell) dan membawa kakaknya yang baru dikutuk menjadi anjing (yang gagal dapet pasangan juga).
Dia kalo gagal dapet pasangan di hotel itu memilih dirubah menjadi lobsters yang katanya umurnya panjang bisa sampai ratusan tahun.
Bayangin, di hotel itu pressure-nya kayak gimana. Orang-orang banyak yang sangat desperate untuk mendapatkan pasangan.
Yang justru ketika harus mendapatkan pasangan sesegera mungkin malah jadinya susah. Malah jatohnya banyak yang pura-pura jatuh cinta dan sayang sama orang lain buat nunjukkin ke dunia kalo dia udah berpasangan.
Contohnya adalah temannya David di hotel itu yang disebut The Limping Man/Pria Pincang (Bhen Whishaw) yang sampai berpura-pura punya mimisan kambuhan, nonjokkin hidungnya sendiri sebelum ketemu pasangannya supaya bisa bikin chemistry dengan si cewek yang suka mimisan atau nama di film itu Nosebleed Woman (Jessica Barden).
Tapi ada tempat yang sangat melarang kamu punya pacar, yaitu hutan dan pedesaan, tempatnya Tim Jomblo alias Tim Loner.
Orang-orang yang gagal punya pasangan di hotel larinya ke hutan dan pedesaan. Yang kadang seminggu sekali suka ada inspeksi dari Tim Couple ke hutan-hutan untuk mencari jomblo yang berkeliaran yang nantinya ditangkap dan harus dirubah jadi hewan.
Konflik terjadi ketika David berhasil melarikan diri dari hotel yang menuntutnya untuk punya pasangan tapi tidak berhasil. Dan David bertemu dengan Tim Jomblo.
Justru, di Tim Jomblo kalo ada yang ketahuan punya pacar atau berpasangan atau jatuh cinta akan langsung dibunuh sama kelompok para jomblo. Leadernya Tim Jomblo nya (Lea Seydoux) galak banget, tapi cantik.
Uniknya, ketika dunia justru ngelarang lo buat punya pacar, si David dengan gampangnya menemukan sesosok wanita pendek/Short Shighted Woman (Rachel Weisz) yang bikin dia jatuh cinta.
~
Film yang sungguh unik dari Yorghos Lanthimos, give applause dulu, lah. Dark humournya justru lebih ngena film ini ketimbang film dia yang satunya, The Killing of a Sacred Deer (2017).
Bagi kamu yang mungkin penonton awam akan kaget dengan gaya penceritaannya Lanthimos yang cenderung datar, scoring musik yang aneh dan repetitif. Jujur bakal bosen juga ngeliatnya tapi thrillernya apakah si David ini bakal jadi lobster itu sungguh bikin gue penasaran?????
Gue tungguin sampe akhir film, jadi lobsters gak nih, jadi lobsters gak nih????
Di beberapa bagian bikin ngantuk juga, sih, tapi ya kok kampret banget, yak, filmnya. Saking bijak filmnya itu banyak pesan yang tersembunyi tentang relationship.
Mengundang banyak pertanyaan seperti: mending punya pacar tapi sayangnya pura-pura atau harus pura-pura jomblo ketika lo punya pacar yang sayang banget sama lo dan ingin terbuka atas pacar lo ini?
Mending hidup di lingkungan yang menuntut lo punya pasangan? Atau mending hidup di lingkungan yang melarang lo punya pasangan?
Bahkan ke pertanyaan, kalo selama 45 hari gue tinggal di hotel itu gagal dapat pacar, enaknya dikutuk jadi apa ya?
Jadi undur-undur kayaknya enak, kali, ya. Filosofinya ya supaya bisa bikin lubang di pasir aja sih.