Friday, January 19, 2018

The Greatest Showman (2018)

0

Featuring The Academy Award winning lyricists of La La Land” yang tertera di posternya sudah bikin saya penasaran untuk nonton filmnya, apalagi kemaren lagu This Is Me, soundtrack film ini menang Best Original Song di Golden Globe Awards 2018, karena emang lagunya memorable dan mengandung pesan yang sangat dalam tentang arti tetap berani diri sendiri. Selain itu juga The Greatest Showman dapet nominasi Golden Globe di kategori Best Picture in Musical/Comedy, Hugh Jackman alias Logan juga dapet nominasi Golden Globe untuk Best Actor in Motion Picture kategori Musical/Comedy.


Film ini memang merupakan adaptasi kisah Phineas Taylor Barnum (Hugh Jackman) disingkat P.T. Barnum, seorang sosok legendaris di dunia hiburan yang dulu pernah membangun pertunjukkan sirkus terbesar Amerika di era 1860an, namanya Barnum & Bailey Sircus. Awalnya saya kira P.T. Barnum itu nama perusahaannya si Barnum singkatan dari Perseroan Terbatas. Ternyata itu singkatan dari nama aslinya Phineas Taylor Barnum. Sorry ye, kebanyakan hapalan IPS gini jadinya ..


Mengangkat tema cerita yang sama kayak La La Land yaitu tentang seseorang yang punya perjuangan untuk meraih mimpinya. Barnum yang awalnya berasal dari keluarga miskin, anak pembantu dari sebuah keluarga kaya punya cita-cita ingin menciptakan keajaiban, membuat orang-orang bahagia dengan membuat The Greatest Show yang ada di dunia. Selain itu, motivasi dasar lainnya adalah Barnum ingin menunjukkan pada mertuanya yang kaya raya alias majikan orang tuanya bahwa dia bisa membahagiakan istrinya Charity Barnum (Michelle Williams) yang sudah ia cintai sejak masih kecil.


Kadang kita bilang film itu bagus karena punya pesan moral yang sama dengan apa yang sedang kita sendiri lagi di dunia nyata sedang perjuangkan. Film ini punya hal tersebut. Tentang berkarya kadang gak pernah puas, pengin nyeimbangin antara bikin bahagia para kritikus atau orang-orang awam, pengin nyeimbangin antara ngeblog sama kuliah juga susah. Yang pada kenyataannya film ini pun gagal membahagiakan kritikus Rotten Tomatoes tetapi punya audience score yang tinggi sebesar 90% dan di IMDB pun skornya 8/10. Seperti nasehat istrinya si Barnum ke suaminya, “You don’t need the whole world to love you. Just a few good people.


Secara motif, karakter Barnum adalah karakter yang gak pernah puas, sekaligus menampilkan sisi dewasa seorang Hugh Jackman. Kadang untuk meraih sesuatu, untuk membuat dunia menjadi apa yang kita inginkan, butuh sedikit trik. Apalagi kalo orang udah sukses, ya, pasti ada aja yang ngehalangin, pengin ngehancurin, pengin boikot, memperkarakan sebuah hal yang seharusnya diterima dengan tidak serius tetapi memang begitulah manusia. Perbedaan persepsi menghasilkan output yang berbeda-beda, kadang menghakimi atau kadang karena dalam posisi terdesak, ketika merasa dikritik ya dan dalam tekanan orang-orang sekitarnya yang berharap besar pada kita memang kita sebagai manusia cenderung ingin ngasih pembuktian.


Bila dibandingkan dengan film yang memanfaatkan musik sebagai elemen dasar dalam filmnya, opening scene-nya mirip sama Baby Driver full action dan full music seperti La La Land. Langsung menghentak dengan keselarasan musik dan dance-nya yang mantap, kostum yang dipakai juga warna-warni kalo kata kritikus Rotten Tomatoes bahasanya itu “visually stunning” yang artinya bikin mata kayak disiram air terjun. Segar.


Koreografinya benar-benar saya suka, yang kayak begini bikin senyum-senyum terus lihatnya, abis itu ada masalah terus konflik selesai. But.. jangan kaget kalo tiba-tiba langsung nyanyi-nyanyi dan nari-nari lagi.


Untuk urusan cerita tentang mimpi, film ini gak se-real La La Land. La La Land boleh punya tema mimpi tetapi mimpinya itu sederhana terbilang masih sangat dekat dengan kehidupan nyata sedang The Greatest Showman ini menurut saya mimpi yang setinggi langit. Lyricist yang sama dengan La La Land yang saya bilang di awal nyiptain lagu untuk film ini yaitu Justin Paul sama Benj Pasek menurut saya sangat memuaskan, kalo kata Mbah Cenayang Film, lirik lagunya lebih memotivasi dibandingkan kata-kata motivator, kalo kata saya liriknya bikin semangat menjalani hidup. Seperti dulu abis ibadah La La Land tidak bisa langsung move on dengan lagu-lagunya, bangkainya itu bikin langsung buka Spotify nyari lagunya. Lagunya asoy semua cocok didengerin di perjalanan naik kereta, apalagi naik kereta yang perjalanan malam sambil liat kerlap kerlip lampu.


Ada Zac Efron sama Zendaya yang namanya sama-sama awalnya Z. World War Z, jadinya.


Zendaya jadi penari trapezze gitu yang nari gelantungan pake tambang yang biasa dipake lomba tarik tambang pas agustusan, dan unyu banget kalo lagi perform rambutnya warna pink, beuh, cute banget, tidak kuat melihatnya. Ada pun Michelle Williams dan Rebecca Ferguson yang sama-sama cantik.



Saran saya kalo mau nonton film yang musikal kayak gini atau film apapun lah jangan dengerin lagu soundtrack-nya yang jadi pengiring opening scene-nya dulu sebelum nonton filmnya, soalnya kalo udah viral di internet kan susah kitanya jadi penasaran. Kayak sebelum nonton Susah Sinyal saya rajin dengerin lagu soundtrack-nya soalnya enak yang dari The Overtunes yang jadi pengiring pembuka adegan di film tersebut, eh, pas nontonnya jadi berasa gak kena, efek kagetnya kurang, jadi agak mengurangi mood saya sepanjang film juga. Hipotesis ini betul karena saya dengerin lagu This is Me dulu sih sebenarnya tapi masih ngena. Bisa gitu, ya? Yap, karena lagu This is Me bukan lagu dari adegan pembukanya, jadi mood saya lancar-lancar aja. Apakah betul? Bisa jadi, sih. Terserah kalian, lah, mau percaya apa enggak, cuma uneg-uneg sayaaja yang sotoy.


Ya.. film ini adalah tipikal film yang bakal saya tonton bareng anak-anak sama istri saya, kelak, kalo ada yang mau. Sambil nasehatin anak-anak saya begini, “Nak, dengerin daddy, kalian terserah mau jadi apa aja, mau jadi penari balet, mau jadi pohon, mau jadi penipu, boleh bahkan. Tapi ada syaratnya, jadilah penipu seperti tukang sulap yang menghibur orang lain. Jangan jadi penipu yang tiba-tiba nyuruh orang transfer orang ke rekeningnya atau.. kayak orang yang suka bikin clickbait di Youtube, gak ada seninya, sering nyomot hasil kerja orang, kadar hiburannya dikit tapi provokatif, malah suka memecah belah bangsa. Kayak yang lagi hingar bingar sekarang soal penistaan penistaan itu kan awalnya dari yang bikin video di Youtube..


eh, awalnya dari Youtube apa instagram, ya? Hufftt..”


Berat juga, ya, pesan moral buat anak-anak saya. Hmmm, keknya entar saya revisi lagi sesuai perkembangan zaman. Tapi ya begitulah realitanya sekarang

Author Image

About Fauzy Husni
Mahasiswa psikologi yang hobi nonton, karena memiliki blog bolehlah disebut blogger. Senang bercerita, menulis tentang apa yang sudah ditontonnya dan apa yang sudah dipelajari di dunia fiksi atau dunia nyata.

No comments:

Post a Comment