Seorang pemuda bernama Baby yang punya penyakit tinitus—masalah pendengaran yang mengharuskan dia selalu mendengarkan musik via headset agar selalu fokus, kalo gak gitu telinganya akan berdenging. Yep, he’s a driver. Sopir, Coy. Tapi lebih ke driver yang agak keren dikit dari Ojek Driver karena penumpangnya itu para penjahat dan tugas Baby adalah meloloskan para penjahat itu dari kejaran para polisi. Baby punya keinginan untuk melunasi hutangnya kepada Doc, seorang mafia yang sudah memodalinya untuk hidup dan mempekerjakan dia. Baby sudah muak dengan crime world dan ingin menjalani kehidupan normal layaknya orang-orang baik, tidak hidup dari uang haram dengan membantu kriminal.
Baby yang diperankan oleh Ansel Elgort punya banyak sekali kemiripan sama saya. Setelan Baby itu sama persis yang selalu saya pake tiap kali berkendara di jalanan: pake celana jeans, kaos dibalut jaket varsity (yang saya pake varsity yang kawe tentunya, dan itu pun sebenarnya jaket kelas), dan kacamata hitam kecoklatan dengan headset berkabel putih ala ala iPod menghiasi telinga, padahal mah salawe rebuan. Bedanya Baby kendaraannya mobil nah kalo saya nangkring motor dan harus pake masker supaya muka gak item dan diejekkin sama temen gegara komedo di hidung udah nutupin seluruh muka.
Baby ini orangnya gak banyak omong, he is a listener person. And it’s kind of really-really same with me.
Film ini mampu menjawab bagaimana orang yang pendiam bisa mencurahkan perasaannya dengan baik. Karena sering mendengarkan musik, otomatis musiklah yang menjadi tumpuan curahan feelings seorang Baby. Gak cuma musik tapi iPod-nya juga beda-beda. “I got different iPods for different days, and moods,” kata Baby saat ngobrol dengan Debora, gebetannya.
Dasar tukang pamer.
Saya nonton film ini sewaktu nyampe pertama kali di Yogyakarta buat kuliah semester tiga sehabis libur. Film ini sangat mengingatkan saya untuk selalu jadi orang baik di mana pun saya berada walau lagi nganter penjahat sekalipun, coba kalian perhatikan aja nonton film ini pas Baby beraksi di jalanan dia gak mau nerobos lampu merah.
Satu kata buat film ini, KEREN. Soundtrack-nya keren (Bellbottoms!, Was He Slow?, Carla Thomas – B-A-B-Y, The Commodores – Easy), ceritanya sama editing-nya keren (big respect sama Mr. Edgar Wright di bangku sutradara!), karakter-karakter selain Baby juga gak kalah keren. Ada Doc yang diperanin sama Kevin Spacey, karakternya sungguh berkharisma. John Hamm yang jadi Buddy di film ini juga sangat, sangat, sangat goks. Eiza Gonzalez-nya my Darling bangetlah., namanya juga Darling Dan yang terakhir yang paling ngeselin si Bats yang diperanin sama Jamie Foxx.
Pas nonton film ini juga saya sengaja pake jaket kelas yang kw ini juga dan setelannya benar-benar mirip sama Baby. Pas lampu bioskop nyala karena filmnya udah abis, penonton di sekeliling saya kayak ngeliatin saya gitu dan matanya kek bertanya, “IH, KOK, BABY, LANGSUNG ADA DI KEHIDUPAN NYATA SIH?”
Karena gak mau diserbu massa langsung aja saya kabur, langsung nyari motor, masang headset, pake masker, nyalain mesin waktu, bayar parkir..
Dan beraksi di jalan Urip Sumoharjo Yogyakarta.
Hell, yeah, I’m a screwdriver, Baby.